Nama : Ahmad Khawaruzimi
Judul: darah
Tanggal: 17 November 2009
Tujuan:
· Mempelajari metode untuk menghitung jumlah sel darah merah (SDM) dan sel darah putih (SDP)
· Mempelajari metode untuk mengukur kadar Hb darah dengan menggunakan metode sahli
· Mengetahui dan memahami system peredaran darah katak sehingga dapat dibedakan antara pembuluh darah arteri, vena dan kapiler berdasarkan ecepatan aliran darahnya
· Memahami bentuk dan struktur sel darah, membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia
· Menentukan golongan darah seseorang
Pendahuluan
Secara fisiolgis, kepentingan darah yanutma pada hewan adalah untuk mengangkut bahan makanan dan gas pernapasan, dari bagian permukaan hewan keberbagai sel yang melakukan metabolisme didalam tubuhnya. Fungsi lain peredaran darah untuk mengangkut horomon dan bahan lain, serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Fungsi darah yang berhubungan dengan system perlindungan berperan pada reaksi imunitas secara keseluruhan darah juga harus mampu melaksanakan pencegahan agar tidak terjadi kehilangan sejumlah volume darah karena luka atau sebab lain sehingga harus ada mekanisme pembekuan darah.
Untuk mengangkut berbagai bahan agar dapat sampai ke tempat tujuan diperlukan sarana “jalur” yang dalam hal ini merupakan alur atau pembuluh darah. Pada hewan vertebrata memiliki system peredaran darah tertutup, darah mengalir di dalam pembuluh darah yang sinambung. Pada hewan avertebrata system peredaran darahnya masih belum sempurna sehingga darah sering mengalir tidak melalui pembuluh atau terrrdapat pemluh yang terputus atu terdapat pembluh yang terputus, system ini dikenal sebagai siste peredaran darah terbuka, sarana ini dilengkapi pula dengan pompa (jantung) untuk mendorong darah agar dapa beredar ke seluruh bagian tubuh. Pada seekor hewan mungkin hanya terdapat sebuah jantung, mungkin juga dilengkapi beberapa jantung yang kurang sempurna namun mampu untuk mendorong darah keberbagai jaringan tubuh (Darmadi goenarso, 2005).
Fungsi transportasi pada darah
1. Pigmen respiratori
Oksigen yang diperlukan tubuh tidak mencukupi jika hanya mengandalkan kelarutan dalam plasma darah meskipun dengan bantuan pemmpa darah oleh jantung sehingga tersebar ke setiap sel tubuh . karenanya harus ada mekanismelain yang dapat meningkatkan kapasitas darah untuk mengedarkan oksigen
Berbagai bahan organic yang berwarna dikenal sebagai pigmen respiratori, senyawa ini memiliki afinitas atau daya ikat terhadap ksigen sehingga dapat meningkatkan kapasitas angkut darah akan oksigen . pada hewan vertebrata senyawa ini dikenal sebagai haemoglobin.
2. Hemoglobin
Molekul hemoglobin terdiri dari bagia senyawa cincin yang disebut heme, terikat pada molekul protein dari jenis globulin, molekul heme mengandung atom besi (Fe) molekul protein sangat bervariasi, dan antara species hewan berbeda. Bnetuk mlekul protein ini berbeda pula antara fetlis dengan terdapat pada dewasanya.
3. Disosiasi oksi hemoglobin.
Karakteristik disosiasi eksohemoglobin dapat diuraikan sebagai berikut. Dikan dedahkan pada ruang berisi oksigen muri. Jumlah oksigen yang diserap Hb selanjutnya diukur. Pengukran kandungan oksigen yang diika Hb dapat dilakukan dengan berbagai tekhnik. Pada kondisi demikian, jumlah oksigen yang dapat diikat Hb dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Pada kondisi demikian jumlah oksigen yang dapat di ikat Hb dinyatakan sebagai 10% jenuh. sebagian oksigen yang telah terikat akan terlepas. Dalam keadaan demikian diukur lagi kandungan oksigen yang terikat pada Hb. Cara ini diulang pada beberapa kadar oksigen (pO2) disekeliling Hb tersebut dan selanjutnya di tampilkan pada grafik, grafik yang dinamakan sebagai kurfa disosiasi oksihemoglobin. Kurva ini menyatakan avinitas (daya ikat) Hb akan oksigen pada beberapa tingkat tekanan parsial oksigen . pada umumnya kurva ini berbentuk sigmoid.
Penggumpalan Darah
Kita semua pernah mengalami luka dan terpotong atau tergores selama hidup kita, kan tetapi kita tidak mengalami pendarahan ang menyebabkan kematian karena darah kita mengandung materi yang dapat menyumbat kebocoran atau luka dalam pembuluh kita bahan perekat itu selalu ada dalam darah kita dalam bentuk ini aktif yang disebut fibrinogen, gumpalan akan terbentuk hanya ketika protein plasma ini diubah kedalam bentuk aktifnya, fibrin, yang mengumpul menjadi benang-benang yang membentuk anyaman gumpalan-gumpalan, mekanisme penggunaan itu umumnya dimulai dengan pembebasan factor penggumpalan dari trombosit dan melibatkan rantai reaksi yang komplek yang pada akhirnya akan mengubah bentuk fibrinogen dan fibrin, lebih dari selusin factor penggumplan telah ditemukan , namun mekanismenya masih belum dipahami sepenuhnya. Catat turunan dalam setiap tahapan proses penggumpalan itu menyebabkan hemophilia. Penyakit yang ditandai dengan pendarahan yang berlebihan meskipun akibat luka atau goresan yang sangat keci
Factor anti penggumpalan dalam darah dalam keadaan normal mencegah penggumpalan secara spontan ketika tidak ada cedera atau perlukaan, akan tetapi kadang-kadang trombosit mengumpul dan fibrin mengalami koagulasi di dalam pembuluh darah dan menghambat aliran darah . gumpalan seperti itu disebut thrombus. Gumpalan ini lebih mungkin terbentuk pada individu yang mengidap penyakit kardiovaskuler (Campbell, 2004).
golongan darah
Terdapat tiga sistem penggolongan darah pada manusia
1. System MN: golongan darah digolongkan menjadi 3 yaitu: M. MN dan N
2. System Rh (Rhesus): golongan darah manusia digolongkan menjadi dua yaitu Rh+ dan Rh-. Orang bergolongan Rh+ di dalam eritrositnya terkandung Rhesus 85% dimiliki orang berkulit berwarna, sedang yang bergolongan Rh- dalam eritrositnya tidak dapat aglutinogen Rhesus 85% dimiliki orang berkulit putih.
Bila bagi bergolongan Rh+ berada dalam kandungan ibu bergolongan Rh-, dimana daerah ibu sudah terbentuk zat anti Rh+, maka tubuh bayi akan memasukan zat anti Rh+ dan anak itu akan menderita. Penyakit kuning sejak lahir yang disebut erythroblastosis foetalis (sel-sel darah merahnya tidak dapat dewasa).
3. System A, B, 0 : dan Donath membedakan golongan darah manusia menjadi A yaitu: A, B, AB dan O
Golongan darah A: sel darahnya mengandung aglutinogen A, sedang dalam plasmanya, terdapat agglutinin B atau zat anti B.
Golongan darah B: sel darah merahnya mengandung aglutinogen B, sedang dalam plasmanya terdapat aglutinin A atau zat anti A.
Golongan darah AB: sel darah merah mengandung aglutinogen A dan B. sedang dalam plasmanya terdapat agglutinin A atau zat anti A.
Golongan darah 0: sel darah merahnya tidak terdapat aglutinoge A dan B, tetapi plasmanya mengandung aglutini A dan B . aglutinogen (antigen) berarti zat yang digumpalkan, sedangn agglutinin (zat anti) berarti zat yang menggumpalkan. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/10/31/sistem-transportasi-peredaran-darah-pada-mansia/)
Percobaan 1. Menghitung jumlah sel darah merah (SDM)
Alat dan Bahan
Alat | Bahan |
Kapas | Darah segar manusia |
Kertas saring | Larutan hayem |
Mikroskop | Alcohol 70 % |
Hemasitometer | |
Lancet counter | |
Cara kerja

Penentuan jumlah sel dalam tiap mm3 darah digunakan rumus
|
P = besarnya pengenceran
Percobaan 2 menghitung jmlah sel darah putih (SDP)
Alat dan Bahan
Alat | Bahan |
Kapas | Darah segar |
Kertas saring | Larutan Truck |
mikroskop | Lkohol 70% |
Hemasitometer | |
Lancet | |
counter | |
Cara kerja

Percobaan 3 aliran darah
Alat dan Bahan
Alat | Bahan |
Cawan petri | Kecebong |
Beaker glass | Urethane 2% |
mikroskop | |
Cara kerja

Percobaan
Percobaan 4 strktur sel darah
Alat dan bahan
Alat | Bahan |
Mikroskop | Larutan NaCl 0,6% |
Objek glass dan kaca penutup | Larutan NaCl 0,8% |
Lancet | Darah katak dan manusia |
Alat bedah | Klorofrom |
Syringe | Alkohol 96% |
kapas | |
Cara kerja

Angka yang ditunjukan merupakan nilai % Hb atau g Hb per 100 ml darah
Golongan darah
Alat dan bahan
Alat | Bahan |
Glass objek | Alcohol 70% |
Jarum franke atau blood lancet | Santa set srum |
Kapas | |
Tusuk gigi | |
Cara kerja

Hasil
Gambar hasil pengamatan





aliran darah kecebong
Kelompok 1
Mengukur Hb
Hb Ernawati = 11,2
Hb Agus Mamur = 10,6
Kelompok 2
Mengukur Hb
Hb Firman = 15,6
Hb Rianti = 11,4
Kelompok 3
Mengukur kadar Hb darah
Eka = 10%
Desy = 12%
Cucu = 10 %
Annisa Budinindia = 11%
Didin = 18,5%
Amarudin = 15 %
Kelompok 4
SDP Wanita
SDP Wanita | SDP Laki-laki |
K1 = 42 | K1 = 41 |
K2 = 56 | K2 = 69 |
K3 = 82 | K3 = 89 |
K4 = 68 | K4 = 91 |
n4w = 248 | n4w = 290 |
SDP wanita SDP laki-laki
= n1 x p x 2 = n1 x p x 2
= 248 x 20 2 = 290 x 20 2
= 9920 = 11600
Kelompok 5
SDM laki-laki
SDM = Ne x p x 50
= n5R x 200 x 50
Dik N5R = Kotak 1 ð 167
Kotak 2 ð 191
Kotak 3 ð 129
Kotak 4 ð 178

Jumlah 883
SDM = Ne x p x 50
= N5R x 200 x 50
= 883 x 200 x 50
= 8.830.000
Kelompok 6
SDM Perempuan
Kotak 1 ð 125
Kotak 2 ð 159
Kotak 3 ð 137
Kotak 4 ð 132

Jumlah 690
SDM = ne x 200 x 50
= 6.900.000
Pembahasan
1. larutan Hayem, untuk pengenceran eritrosit. Sedangkan untuk mengencerkan leukosit dengan menggunakan larutan Turk
2. Leukosit dapat dihitung jumlahnya dengan cara diencerkan dalam pipet leukosit dengan menggunakan larutan pengencer Turk yang mempunyai komposisi larutan : larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat glacial 1 mL, aquadest ad 100 mL,
larutan Hayem yang mempunyai komposisi terdiri dari 5 gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5 gr HgCl2 dan aquadest ad 100 ml.
3. Jumlah sel darah merah pada hasil percobaan adah 8.830.000 pada laki-laki dan 6.900.000 pada perempuan. Jumlah sel daarh putih pada laki-laki 11600 dan pada perempuan 9920.
Sel darah merah eritrosit membawa hemoglobin di dalam sirkulasi. Ia merupakan cakram bikonkaf yang dibentuk dalam sumsum tulang. Pada mamalia, ia kehilangan intinya sebelum memasuki sirkulasi. Pada manusia, ia bertahan hidup di dalam sirkulasi rata-rata 120 hari. Tiap eritrosit manusia berdiameter 7,5 µm dan tebal 2 µm, serta masing-masing mengandung 29 pikogram hemoglobin. Sehingga ada sekitar 3.000 eritrosit dan sekitar 900 gram hemoglobin dalam darah bersirkulasi pada pria dewasa.
Eritrosit dapat dihitung jumlahnya dengan cara pengenceran menggunakan larutan Hayem yang mempunyai komposisi terdiri dari 5 gr Na-sulfat, 1 gr NaCl, 0,5 gr HgCl2 dan aquadest ad 100 ml. Kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung dan dihitung banyaknya eritrosit.
Setelah dihitung ternyata jumlah eritrosit dalam darah yaitu 8.830.00 laki-laki dan 6.900.000 pada perempuan per µl. Jumlah normal eritrosit pada pria yaitu 5,4 juta /µl dan pada wanita 4,8 juta /µl. jadi, eritrosit yang didapat praktikum melebihi jumlah normal, mungkin karena pengenceran yang dilakukan tidak merata. Eritrosit dapat juga lisis oleh obat dan infeksi. Kerentanan eritrosit terhadap hemolisis oleh zat ini ditingkatkan oleh defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenasi, yang mengkatalisis tahap awal dalam oksidasi glukosa melalui lintasan heksosamonofosfat. Lintasan ini membentuk NADPH, yang diperlukan untuk memelihara kerapuhan eritrosit yang normal.
Setelah dihitung ternyata jumlah eritrosit dalam darah yaitu 8.830.00 laki-laki dan 6.900.000 pada perempuan per µl. Jumlah normal eritrosit pada pria yaitu 5,4 juta /µl dan pada wanita 4,8 juta /µl. jadi, eritrosit yang didapat praktikum melebihi jumlah normal, mungkin karena pengenceran yang dilakukan tidak merata. Eritrosit dapat juga lisis oleh obat dan infeksi. Kerentanan eritrosit terhadap hemolisis oleh zat ini ditingkatkan oleh defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenasi, yang mengkatalisis tahap awal dalam oksidasi glukosa melalui lintasan heksosamonofosfat. Lintasan ini membentuk NADPH, yang diperlukan untuk memelihara kerapuhan eritrosit yang normal.
Dalam perhitungan eritrosit yang perlu diperhatikan adalah 1. Faktor pengenceran
Jika jumlah sel banyak maka pengenceran ditingkatkan dan jika jumlah sel sedikit maka pengenceran tidak berlebih, hal ini bertujuan agar perhitungan dapat dilakukan dengan tepat. Pada penderita anemia hemolitik atau autoimun, hendaknya menggunakan larutan pengencer Na sitrat 0,109 M tanpa formalin karena larutan formalin akan memfiksasi eritrosit yang teraglutinasi. 2. Melakukan koreksi terhadap hitung leuosit, karena eritrosit berinti tidak hancur oleh larutan Turk karenanya terhitung sebagai leukosit.
Jika jumlah sel banyak maka pengenceran ditingkatkan dan jika jumlah sel sedikit maka pengenceran tidak berlebih, hal ini bertujuan agar perhitungan dapat dilakukan dengan tepat. Pada penderita anemia hemolitik atau autoimun, hendaknya menggunakan larutan pengencer Na sitrat 0,109 M tanpa formalin karena larutan formalin akan memfiksasi eritrosit yang teraglutinasi. 2. Melakukan koreksi terhadap hitung leuosit, karena eritrosit berinti tidak hancur oleh larutan Turk karenanya terhitung sebagai leukosit.
http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/darah/html.
Leukosit dapat dihitung jumlahnya dengan cara diencerkan dalam pipet leukosit dengan menggunakan larutan pengencer Turk yang mempunyai komposisi larutan : larutan gentian violet 1% dalam 1 mL air, asam asetat glacial 1 mL, aquadest ad 100 mL, saring sebelum dipakai, lalu dimasukkan ke dalam kamar hitung. Penambahan larutan gentian violet bertujuan untuk memberi warna pada inti dari granula leukosit dimana larutan ini memecah eritrosit dan trombosit, tetapi tidak memecah leukosit maupun eritrosit berinti. Pada pengamatan setelah dihitung diperoleh leukosit darah yang diuji sebsar 9920/μL pada perempuan dan pada laki-laki 11.600/μL darah, sedangkan jumlah leukosit yang normal adalah 4000-12000 per μL darah.Berarti jumlah leukositdalam darah normal. Jumlah leukosit darah dapat turun naik terhantung dari ada tidaknya infeksi kuman dalam tubuh. Bila jumlah leukosit lebih dari normal disebut leukositosis dan jika kurang dari normal disebut leukopensi.
Hasil pengamatan yang diperoleh tidak sesuai dengan pustaka. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ketelitian penglihatan dalam menghitung jumlah leukosit dengan menggunakan alat haemocytometer. Besarnya jumlah leukosit selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, dimana jumlah leukosit selalu lebih rendah daripada jumlah eritosit (Bevelander dan Judith, 1979). Sebagian hasil pengamatan ternyata tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Hal ini disebabkan fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi, umur, dan lain-lain (Hadikastowo, 1982).
4. Tekanan vena Biasanya sangat rendah dan pada daerah vena kava hanya 4-5 mmHg. Di daerah atrium kanan, dalam keadaan normal 2-4 mmHg, dan kadang-kadang mencapai -4 sampai -7 mmHg pada keadaan inspirasi. Pada keadaan normal, aliran darah vena dan vena kecil kontinu. Sedangkan pada vena sedang dan besar terjadi fluktuasi (naik turun) aliran darah balik. Aliran darah vena terjadi karena efek pompa jantung, tekanan negative rongga toraks, kontraksi otot rangka, adanya katup-katup vena pada pembuluh darah vena di bagian bawah jantung. Pada dasarnya perubahan tekanan darah vena akibat pengaruh gravitasi sama dengan pada arteri.
tekanan darah arteri. Kekuatan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang menampung, mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta, tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistolik. Pada waktu tekanan turun sampai mencapai titik terendah yang disebut tekanan diastole.
Kecepatan aliran darah bergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah. Darah dalam aorta bergerak cepat, dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat lambat pada kapiler.
5. Tiap sel darah manusia berbentuk bikonkaf, berdiameter 7,5 µm dan tebal 2 µm dan tidak memiliki inti, sedangkan pada katak berbentuk oval dan memiliki inti sel.


6. Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%
7. Na-Sitrat sebagai antikoagulan dapat mencegah pembekuan darah.
HCL 0,1 N Berfungsi untuk membersihkan darah yang masih tertinggal di dalam pipet
NaCl berfungsi sebagai sampuran larutan hayem untuk mengencerkan sel darah merah
8. Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta.
9. Aterosklerosis (Atherosclerosis) |
DEFINISI Aterosklerosis (Atherosclerosis) merupakan istilah umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur. Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari dinding arteri. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai. Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri karotid), maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung. Penyebab Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul, menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri. |
Setiap daerah penebalan (yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma) yang terisi dengan bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam arteri sedang dan arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma. Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan endapan kalsium, sehingga menjadi rapuh dan bisa pecah. Darah bisa masuk ke dalam ateroma yang pecah, sehingga ateroma menjadi lebih besar dan lebih mempersempit arteri. Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu pembentukan bekuan darah (trombus). Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit bahkan menyumbat arteri, atau bekuan akan terlepas dan mengalir bersama aliran darah dan menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli). Resiko terjadinya aterosklerosis meningkat pada: · Tekanan darah tinggi · Kadar kolesterol tinggi · Perokok · Diabetes (kencing manis) · Kegemukan (obesitas) · Malas berolah raga · Usia lanjut. · Pria memiliki resiko lebih tinggi daripada wanita. Penderita penyakit keturunan homosistinuria memiliki ateroma yang meluas, terutama pada usia muda. Penyakit ini mengenai banyak arteri tetapi tidak selalu mengenai arteri koroner (arteri yang menuju ke jantung). Sebaliknya, pada penyakit keturunan hiperkolesterolemia familial, kadar kolesterol yang sangat tinggi menyebabkan terbentuknya ateroma yang lebih banyak di dalam arteri koroner dibandingkan arteri lainnya. ![]() ![]() |
GEJALA Sebelum terjadinya penyempitan arteri atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehingga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya. Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan. Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan akan oksigen. Contohnya, selama berolah raga, seseorang dapat merasakan nyeri dada (angina) karena aliran oksigen ke jantung berkurang; atau ketika berjalan, seseorang merasakan kram di tungkainya (klaudikasio interminten) karena aliran oksigen ke tungkai berkurang. Yang khas adalah bahwa gejala-gejala tersebut timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh ateroma yang juga berlangsung secara perlahan. Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri), maka gejalanya akan timbul secara mendadak. |
DIAGNOSA Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Sebelum terjadinya komplikasi, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis: ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena Skening ultrasonik Duplex CT scan di daerah yang terkena Arteriografi resonansi magnetik Arteriografi di daerah yang terkena IVUS (intravascular ultrasound). |
PENGOBATAN Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah. Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat. |
PENCEGAHAN Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya: Menurunkan kadar kolesterol darah Menurunkan tekanan darah Berhenti merokok Menurunkan berat badan Berolah raga secara teratur. Pada orang-orang yang sebelumnya telah memiliki resiko tinggi untuk menderita penyakit jantung, merokok sangatlah berbahaya karena: - merokok bisa mengurangi kadar kolesterol baik (kolesterol HDL) dan meningkatkan kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL) - merokok menyebabkan bertambahnya kadar karbon monoksida di dalam darah, sehingga meningkatkan resiko terjadinya cedera pada lapisan dinding arteri - merokok akan mempersempit arteri yang sebelumnya telah menyempit karena aterosklerosis, sehingga mengurangi jumlah darah yang sampai ke jaringan - merokok meningkatkan kecenderungan darah untuk membentuk bekuan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri perifer, penyakit arteri koroner, stroke dan penyumbatan suatu arteri cangkokan setelah pembedahan. Resiko seorang perokok untuk menderita penyakit arteri koroner secara langsung berhubungan dengan jumlah rokok yang dihisap setiap harinya. Orang yang berhenti merokok hanya memiliki resiko separuh dari orang yang terus merokok, tanpa menghiraukan berapa lama mereka sudah merokok sebelumnya. Berhenti merokok juga mengurangi resiko kematian setelah pembedahan bypass arteri koroner atau setelah serangan jantung. Selain itu, berhenti merokok juga mengurangi penyakit dan resiko kematian pada seseorang yang memiliki aterosklerosis pada arteri selain arteri yang menuju ke jantung dan otak. http://medicastore.com/penyakit/137/Aterosklerosis_Atherosclerosis.html |
Daftar pustaka
Campbell, 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta
Darmadi Goenarso, 2005. Fisioogi Hewan. Universitas terbuka. Jakarta.
http://www.synergizerteam.com/kompas.php?hop=diana&name=.html
http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/655-mengenal-secara-singkat-fungsi-dan-bagian-bagian-darah.html
http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/darah.html /
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah.html
http://lucialanny.blogspot.com/2008/11/keganasan-darah.html
http://www.phtdi.org/content/view/15/.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_nadi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_arteri_primer.html
http://organisasi.org/pembuluh_darah_arteri_nadi_vena_balik_dan_kapiler_ilmu_biologi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Vena_cava.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_vena_jugularis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_balik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Hitung_darah_lengkap.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_putih.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darah_kapiler.html
http://medicastore.com/penyakit/137/Aterosklerosis_Atherosclerosis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar